Monday, November 24, 2014
Efek BBM Atas Kakek Penjual Buah Pisang Gendongan
Tuannya berkipas2 dengan sulaman mata uang,
Kakekku hanya mampu mengelap keringat dengan bekas rajutan pelepah pisah yang mengering.
Tuannya semudah menghentikkan jari mengubah ekor2 bandrol harga mesin pengucur BBM
Kakekku kelu demi sekedar mengiyakan permintaan pembeli yang tak kepalang menawar sebiiji pisang
Tuannya tertawa terbahak bahak melihat digit deposit bertambah tiap harinya
kakekku hanya mampu bersyukur membawa beberapa lembar ribuan asal berat pisang dalam gendongannya berkurang setiap ia pulang
Tuannya sibuk menunjuk ferrari warna apa yang ia pakai untuk melancong pagi ini
kakekku hanya mampu bertumpuh pada kaki rentanya menggendong beberapa sisir pisang sisa kemarin berangkat saat langit masih gelap
Tuannya bingung bagaimana menghilangkan lemak yang bertumpuk pada perutnya
kakekku masih tetap kurus dengan perut rata dan tulang yang terbungkus kulit kusam
Apakah ini yang namanya kehidupan, disaat perbedaan menjadi setajam mata pisau
segelintir penguasa mempermainkan harga dengan seenaknya, kami seluruh rakyat hanya mampu tertunduk patuh
apakah Tuan tak berfikir, Tuan ada karena kami yang menunjuknya
amanah dan janji janji yang pernah Tuan lontarkan, tidak kah Tuan mengingatnya ha?
Tidak kah Tuan takut akan adzab Tuhan bagi pemimpin yang tidak amanah
Wahai tuanku, sadarlah sadarlah
tak hanya kakekku yang menanggung pedih dari segala kepahitan naiknya harga BBM
Ibu penjual nasi uduk, abang sopir angkot, mbak mbak penjual sayur, dan puluhan juta rakyat Tuan menjerit dalam hati
Memang dalam hidup ada pilihan yang harus dipilah, baik itu getir haruslah tetap ditelan
Semoga dengan getirnya pilihan Tuan ini mampu memberikan manfaat bagi negeri ini kelak
Bagi Tuan - Tuanku yang masih belum memegang amanah
kami, hanya mampu berdoa semoga Tuan segera bertaubat, dan negeri ini segera aman, damai dan sejahtera
Tuesday, November 18, 2014
Nenek Pemungut Botol Gelas Plastik Bekas
Nenek yang usianya sudah renta memasuki 63 tahun, ia masih tetap kuat dan memilih untuk memunguti botol dan gelas minuman dibandingkan mengemis. Hal ini patut kita apresiasi, setidaknya ia masih berusaha untuk mencari nafkah tidak mengharap uluran tangan orang lain. Dengan berpenghasilan 20rb bila kita bayangkan hidup di Jakarta yang semuanya serba mahal, nenek ini bisa mencukupi kehidupannya. Senantiasa bersyukur kuncinya. Usia renta, badan yang sudah tak kuat membawa dirinya sendiri ketika diberi imbalan oleh orang lain, ia merasa sedikit keberatan, malah meminta bila ada pekerjaan yang bisa ia lakukan, ia akan kerjakan. Hal ini patutnya dapat kita jadikan sebagai cambuk diri, kita diusia yang masih belia, dimana otak dan badan yang masih kuat dan cemerlang seharusnya bisa menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain. Bekerja tanpa mengeluh, dan senantiasa bersyukur.
Konflik Internal Divisi
Seharusnya bila kita bicara pada ranah pekerjaan kita tidak membawa-bawa masalah pribadi, dan merubah mindsite kita menjadi objective terhadap hasil karya seseorang. Seseorang yang telah berkarya, menghasilkan sesuatu patutlah mendapat apresiasi. Memang setiap orang berbeda - beda, ada yang bisa objective, ada yang bisa menerima persaingan ada pun yang tidak. Kita sebagai rekan kerja hanya bisa saling toleransi, dan melakukan semua pekerjaan dengan ikhlas dan sebaik mungkin. Suatu saat nanti pasti kita akan menuai hasilnya.
(dalam lingkaran kuning) Mba Whena, beserta rekan divisinya |
Monday, November 17, 2014
Ringkasan dan Makna Sosial Film 9 Summer 10 Autumn
Diceritakan bahwa Iwan (Ihsan Tarore) adalah seorang pemuda penyendiri yang hidup seorang diri di New York, Amerika Serikat. Setelah mengalami peristiwa perampokan di sebuah terowongan kereta bawah tanah, Iwan termangu dan mulai menghadirkan kembali kenangan tentang seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu, tentang cinta keluarga yang menyelamatkan semuanya.
Iwan adalah anak lelaki yang tumbuh besar bersama keluarganya yang sederhana di sebuah kampung di kaki Gunung Panderman, di rumah berukuran 6x7 meter. Ayah Iwan (Alex Komang) adalah seorang sopir angkot yang sangat mengharapkan agar Iwan tumbuh menjadi lelaki tangguh yang membantu mencari penghidupan untuk keluarganya, namun Iwan adalah sosok yang berbeda dari yang diharapkan ayahnya. Iwan adalah seorang anak yang sangat cerdas dalam belajar, terutama matematika, dan bermimpi untuk membangun kamar sendiri yang tidak kecil seperti rumahnya yang sekarang. Hidup bertujuh dengan segala sesuatu yang terbatas, membuat Iwan bahkan tak memiliki kamar sendiri. Ayah Iwan tak bisa mengingat tanggal lahirnya, sementara ibunya tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama empat saudara perempuan.
Pendidikanlah yang membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dengan kegigihan, anak Kota Apel, Malang dapat bekerja di "The Big Apple", New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia.
Makna sosial yang dapat kita petik :
Dalam keadaan terhimpit sekalipun selalu bersyukur, dalam film ini kita tau bahwa iwan kecil hanya ingin bercita - cita memiliki kamar sendiri sangat sederhana bukan, dibanding kita dari kecil minta ini itu yang selalu dituruti. Dia selalu sabar dan tak menuntut karena sadar akan ekonomi orang tuanya serta kebutuhan dari ke tujuh saudaranya yang mesti ditanggung oleh bapaknya yang hanya sebagai sopir.
Selalu belajar, tidak putus asa. Menyadari bahwa ia tak bisa sekuat dan setangguh ayahnya. Iwan bekerja keras melalui otaknya. Ia bersekolah berusaha untuk mendapat kan beasiswa, hitung-hitung bisa mengurangi beban keluarganya sampai ia sarjana.
Sukses di perantauan tak membuatnya puas diri. Ia terus belajar dan bekerja dengan teliti dan seksama hingga akhirnya ia ditarik ke perusahaan asing sampai mendapatkan posisi tertinggi.
Di perantauan selama 10 tahun tak membuatnya lupa dengan kampung halaman. Padahal kariernya sedang dalam puncaknya, ia memilih untuk pulang ke indonesia demi membangun negeri. Anak bangsa yang mulia, yg tak lupa dengan tanah airnya.
Sosok yang Dikagumi
Sosok yang saya kagumi adalah :
Asman saya, budi stefanus pasaribu
Beliau adalah sosok yang ramah, bertanggung jawab, cerdas, tenang, dan bersahabat. Di kantor IM2, kami tergabung dalam sub divisi NOC Security and Performance. Beliau sudah saya anggap sebagai guru saya sendiri. Semua pertanyaan apapun yang saya ajukan, semuanya bisa ia jawab. Ia juga tidak sombong dengan pengalaman, wawasan, serya pemikiran yang cerdas.
Kami bertiga dalam satu sub divisi ini tak pernah ada kesenjangan antara bos dan anak buah, kita tim, kita partner.
Ia juga bukan pribadi yang kaku, selalu luwes menghadapi siapapun, kapanpun, dimanapun. Kontribusinya terhadap im2 sangat besar. Ia lah yang memegang kendali map jaringan backbone seluruh indonesia setelah dilepas oleh anwar saifudin aka "hoho" yang merupakan kakak angkatan alumni sekolah saya juga.
Setiap kali saya merasa tidak mampu, atau sedang drop beliaulah yang memberikan semangat dan motivasi untuk maju kedepan. Ia selalu bilang : kamu bisa, kamu harus sukses, jauh jauh datang ke jakarta rugi kalo masi sama/setara dengan yang lain, ingat perjuanganmu masih panjang ga cukup sampai disini". Ia memanglah bukan boss, tapi dia adalah leader yang cukup untuk dikagumi.
Saat memberikan tugas pun, dengan sopan beliau meminta kepada saya, bertanya apakah sedang sibuk, bisa minta tolong sebentar. Dan misal apabila saya membuat kesalahan, ia tak pernah langsung menyalahkan hanya berucap "sebentar, coba bisa dicek kembali ? Kok rasanya ada yang kurang ya mba". Dan kalo misal saya tidak mampu atau tidak tau cara melakukannya , beliau selalu tersenyum sambil berucap "bingung ya mba, coba perkatikan pelan" dan ikuti intruksi saya"
Saya ingin seperti beliau yang luwes dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya, selalu ramah dan bersahabat dengan siapapun, dan terutama cerdas dalam berfikir dan bertindak. Berjejer sertifikat jaringan yang telah beliau kuasai tak menyurutkannya untuk terus belajar terus belajar. Pribadi yang hangat dan menyenangkan.