Wednesday, October 25, 2017

2.4 Pengendalian Jaringan Komputer

Alat bantu (tools) penting yang dapat digunakan oleh operator untuk mengolah wide area network adalah network control terminal. Network control terminal menyediakan akses kepada software system yang khusus untuk mengelolah jenis fungsi, 
Beberapa cara pengendalian jaringan komputer :
·         Memonitor aktivitas jaringan
·         Mengganti nama line komunikasi
·         Mengenerate statistic system
·         Mensetting ulang panjangnya antrian
·         Menambah frekuensi backup
·         Menanyakan status sistem
·         Mengirimkan system warning dan status message
·         Memeriksa lintasan data pada line komunikasi
Contoh : Monitoring jaringan, management trafict networking.
Network control terminal juga dapatdigunakan untuk menjalankan fungsi yang sejenis ke peralatan individual yang terhubung dengan jaringan, karena itu dari sudut pengamanan harta dan data integrity, network control terminal adalah komponen yang sangat penting pada suatu jaringan.

2.3 Pengendalian Perangkat Lunak

Menurut Ruppel (2008, hal 53.7-538) adalah sistem pengendalian intern (internal control) pada sistem informasi berbasis teknologi informasi yang berkaitan dengan pekerjaan/kegiatan/aplikasi tertentu ( setiap aplikasi memiliki karekteristik dan kebutuhan pengendalian yang berbeda ).
  •          Boundary : User dengan sistem berbasis teknologi informasi tujuannya untuk mengenal identitas dan otentik/tidaknya pemakai sistem.
  •           Otoritas akses ke sistem aplikasi
  •            Identifikasi dan otentisitas pengguna
  •       Pengendalian masukan yang dirancang dengan tujuan untuk mendapatkan keyakinan bahwa data transaksi input adaah valid, lengkap, serta bebas dari kesalahan dan penyalagunaan
Contoh :
Pengendalian transaksi, karena didesain berkaitan dengan transaksi pada aplikasi tertentu.

2.2 Pengendalian Perangkat Keras

Suatu perangkat keras atau hardware sangat berpengaruh dalam infrastruktur TI dalam suatu instansi dan sangat penting dalam operasional kinerja manajemen internal, lalu ada beberapa cara bagaimana cara pengendalian perangkat keras tersebut.
  •        Pengawasan terhadap akses fisik  : untuk menjaga perangkat komputer dari kemungkinan penyalahgunaan, akses fisik terhadap perangkat komputer perlu diawasi.
  •       Pengaturan Lokasi Fisik : Lokasi ruang komputer merupakan pertimbangan yang pentin dalam pengendalian keamana komputer.
  •           Penggunaan alat pengamanan : Alat – alat penggunaantambahan diperlukan untuk menjaga keamanan komputer dari kemungkinan kerusakan
  •     Pengendalian operasi perangkat : merupakan bentuk pengendalian untuk menjaga perangkat keras dari kemungkinan kerusakan akibat kesalahan pengoperasian perangkat tersebut
Contoh : penjadwalan perawatan perangkat keras, pengamanan lokasi perangkat keras, akses masuk ruangan perangkat keras, maintenance perangkat keras

2.1 Pengendalian Personil (User Pengguna TI)

Personil dalam suatu perusahan atau instansi mempunyai peranan penting dalam pengendalian sistem. Cara pengendalian personil dapat diindikasikan oleh hal-hal berikut :
  •         Adanya Prosedur penerimaan dan pemelihan pegawai
  •   Adanya program peningkatan keahlian pegawai melalui pelatihan yang berubungan dengan bidang tugasnya.
  •         Adanya evaluasi atas pekerjaan  yang dilakukan pegawai
  •          Administrasi atas gaji dan prosedur promosi yang jelas
  •         Penggunaan uraian tugas
  •         Pemilihan dan pelatihan pegawai
  •         Penyediaan dan pelatihan
  •         Penggiliran pekerjaan (job rotation) dan keharusan mengambil cuti
  •          Adanya jenjang karier serta sarana dan aturan untuk mencapainya
Contoh : manajemen perekrutan, promosi, pelatihan pegawai. Sebuah perusahaan membuka lowoangan pekerjaan bagi umum. Untuk meningkatkan semangat pegawai diadakan promosi bagi para pegawainya. Untuk mendapatkan kemampuan skill bagi para pegawai maka diadakan pelatihan di perusahaan.

Wednesday, October 11, 2017

1.3 Teknologi yang dilakukan untuk Audit SI

cobit-5
Apa itu COBIT? COBIT (Control Objective for Information & Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance (tata kelola TI) yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009). Sampai saat ini, COBIT masih dipandang sebagai teknologi terbaik yang digunakan dalam audit sistem informasi.

Lalu apakah ada teknologi lain selain COBIT? Jawabannya adalah ada. Sebelum COBIT, dikenal ITIL (Information Technology Infrastructure Library). Keduanya sama-sama kerangka kerja (framework) dalam audit sistem informasi.
resize-1480057217-COBIT vs ITIL
COBIT merupakan a set of best practice (framework) bagi pengelolaan teknologi informasi (IT management) yang secara lengkap terdiri dari: executive summary, framework, control objectives, audit guidelines, implementation tool set serta management guidelines yang sangat berguna untuk proses sistem informasi strategis. COBIT berguna bagi IT users dalam memperoleh keyakinan atas kehandalan sistem aplikasi yang dipergunakan. Sedangkan para manajer memperoleh manfaat dalam keputusan saat menyusun strategic IT plan, menentukan information architecture, dan keputusan atas procurement (pengadaan/pembelian) inventaris organisasi.
(Hariyanto, 2013) Menjelaskan mengenai domain terbagi dalam 34 Control Objective:
1. Plan and Organise (PO), Secara umum domain ini meliputi strategi dan taktik, serta identifikasi bagaimana TI dapat berkontribusi terhadap pencapaian sasaran bisnis. Domain ini dibagi ke dalam 10 fase dalam prosesnya, yaitu:
  • PO1: Mendefinisikan rencana strategis TI
  • PO2: Mendefinisikan arsitektur informasi
  • PO3: Menentukan arahan teknologi
  • PO4: Mendefinisikan proses TI, organisasi dan keterhubungannya
  • PO5: Melelola investasi TI
  • PO6: Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
  • PO7: Mengelola sumber daya TI
  • PO8: Mengelola kualitas
  • PO9: Menaksir dan mengelola resiko TI
  • PO10: Mengelola proyek
2. Acquire and Implement (AI), Domain ini menggambarkan bagaimana perubahan dan pemeliharaan dari sistem yang ada selaras dengan sasaran bisnis. Domain AI terbagi menjadi tujuh proses TI yang dapat dilihat pada tabel berikut:
  • AI1: Mengidentifikasi Solusi Otomatis
  • AI2: Memperoleh dan Memelihara Software Aplikasi
  • AI3: Memperoleh dan Memlihara Infrastruktur Teknologi
  • AI4: Memungkinkan Operasional dan Penggunaan
  • AI5: Memenuhi Sumber Daya TI
  • AI6: Mengelola Perubahan
  • AI7: Instalasi dan Akreditasi Solusi beserta Perubahannya
3. Deliver and Support (DS), Domain ini mencakup penyampaian hasil aktual dari layanan yang diminta, termasuk pengelolaan kelancaran dan keamanan, dukungan layanan terhadap pengguna serta pengelolaan data dan operasional fasilitas, yang meliputi:
  • DS1: Mengidentifikasi dan Mengelola Tingkat Layanan
  • DS2: Mengelola Layanan Pihak Ketiga
  • DS3: Mengelola Kinerja dan Kapasitas
  • DS4: Memastikan Layanan yang Berkelanjutan
  • DS5: Memastikan Keamanan Sistem
  • DS6: Mengidentifikasi dan Mengalokasikan Biaya
  • DS7: Mendidik dan Melatih Pengguna
  • DS8: Mengelola service desk
  • DS9: Mengelola Konfigurasi
  • DS10: Mengelola Permasalahan
  • DS11: Mengelola Data
  • DS12: Mengelola Lingkungan Fisik
  • DS13: Mengelola Operasi
4. Monitor and Evaluate (ME), Domain ini terkait dengan kinerja manajemen, kontrol internal, pemenuhan terhadap aturan serta menyediakan tata kelola. Fungsi doman ini sendiri adalah untuk memastikan seluruh proses TI dapat dikontrol secara periodik yang bermaksud untuk menjaga kualitas dan pemenuhan kebutuhan pasar. Berbeda dari domain yang lain, ME hanya terdiri dari 4 proses TI, yaitu:
  • ME1: Mengawasi dan Mengevaluasi Kinerja TI
  • ME2: Mengawasi dan Mengevaluasi Kontrol Internal
  • ME3: Memastikan Pemenuhan terhadap Kebutuhan Eksternal
  • ME4: Menyediakan Tata Kelola TI
Implementasi COBIT dipercaya dapat membantu perusahaan dalam hal meningkatkan pendekatan/program audit, mendukung audit kerja dengan arahan audit secara rinci, memberikan petunjuk untuk IT governance, sebagai penilaian benchmark untuk kendali IS/IT, meningkatkan control IS/IT, dan sebagai standarisasi pendekatan/program audit.
Sumber Referensi
Fajar Himawan, Hendra. Pengertian COBIT [online]. Tersedia: https://haendra.wordpress.com/2012/06/08/pengertian-cobit/ [10 Oktober 2017]
Proxsisgroup. Pentingnya Implementasi COBIT bagi IT Perusahaan [online]. Tersedia: https://www.proxsisgroup.com/articles/pentingnya-implementasi-cobit-bagi-perusahaan/ [10 Oktober 2017]

1.2 Tujuan Audit Sistem Informasi pada Tata Kelolanya & Contohnya

Audit Sistem Informasi memiliki beberapa fokus tujuan, salah satunya adalah pada tata kelola TI atau IT Governance. Tata kelola TI adalah suatu cabang dari tata kelola perusahaan yang terfokus pada sistem teknologi informasi (TI) serta manajemen kinerja dan risikonya. IT governance adalah istilah inklusif yang mencakup sistem informasi,
teknologi, dan komunikasi, bisnis, masalah hukum dan lainnya, dan semua stakeholderbersangkutan, direktur, manajemen senior, pemilik proses, TI pemasok, pengguna dan auditor.
governance_3
Tujuan audit sistem informasi pada tata kelola TI diantaranya adalah:
  1. Meningkatkan pengamanan aset
    Asset (aktiva) yang berhubungan dengan instalasi sistem informasi mencakup: perangkat keras, perangkat lunak, fasilitas, manusia, file data, dokumentasi sistem, dan peralatan pendukung lainnya. Sama halnya dngan aktiva – aktiva lainnya, maka aktiva ini juga perlu dilindungi dengan memasang pengendalian internal. Perangkat keras bisa rusak karena unsur kejahatan ataupun sebab-sebab lain. Perangkat lunak dan isi file data dapat dicuri. Peralatan pendukung dapat dihancurkan atau digunakan untuk tujuan yang tidak diotorisasi. Karena konsentrasi aktiva tersebut berada pada lokasi pusat sistem informasi, maka pengamanannya pun menjadi perhatian dan tujuan yang sangat penting.
  2. Menjaga integritas data
    Integritas data merupakan konsep dasar audit sistem informasi. Integritas data berarti data memiliki atribut: kelengkapan (completeness), sehat dan jujur (soundness), kemurnian (purity), ketelitian (veracity). Tanpa menjaga integritas data, organisasi tidak dapat memperlihatkan potret dirinya dengan benar akibatnya, keputusan maupun langkah-langkah penting di organisasi salah sasaran karena tidak didukung dengan data yang benar.
  3. Meningkatkan efektivitas sistem
    Sistem informasi dikatakan efektif hanya jika sistem tersebut dapat mencapai tujuannya. Untuk menilai efektivitas sistem, auditor sistem informasi harus tahu mengenai kebutuhan pengguna sistem atau pihak-pihak pembuat keputusan yang terkait dengan layanan sistem tersebut. Selanjutnya, untuk menilai apakah sistem menghasilkan laporan / informasi yang bermanfaat bagi penggunanya, auditor perlu mengetahui karakteristik user berikut proses pengambilan keputusannya.
  4. Mengingkatkan efisiensi sumber daya
    Suatu sistem sebagai fasilitas pemrosesan informasi dikatakan efisien jika ia menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk menghasilkan output yang dibutuhkan. Efisiensi sistem pengolahan data menjadi penting apabila tidak ada lagi kapasitas sistem yang menganggur.
Audit sistem informasi pada tata kelola TI yang sering dilakukan adalah menggunakan kerangka kerja COBIT. Contoh penerapannya dapat disimak pada paper Setia Wardani dan Mita Puspita Sari dari Fakultas Teknik Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) tahun 2014 dengan judul “Audit Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT Dengan Model Maturity Level”, dapat diunduh di sini.
Sumber Referensi
Sari, Ratna. Pentingnya Audit Sistem Informasi Bagi Organisasi [online]. Tersedia: https://sis.binus.ac.id/2015/06/24/pentingnya-audit-sistem-informasi-bagi-organisasi/ [10 Oktober 2017]
Tri Suswanto Saptadi, N. Konsep Tata Kelola TI [online]. Tersedia: http://fti.uajm.ac.id/ajar/Audit%20Sistem%20Informasi/01%20Konsep%20Tata%20Kelola.pdf [10 Oktober 2017]
Wardani, Setia dan Mita Puspitasari. 2014. Audit Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT Dengan Model Maturity Level. Yogyakarta: Repository Universitas PGRI Yogyakarta.

1.1 Audit Sistem Informasi

Dijabarkan dari kata penyusunnya, audit dan sistem informasi. Arti kata audit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemeriksaan pembukuan tentang keuangan (perusahaan, bank, dan sebagainya) secara berkala; pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkannya. Sistem informasi yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen dalam mengambil keputusan dan juga untuk menjalankan operasional perusahaan, di mana sistem tersebut merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-prosedur yang tergorganisasi. Biasanya suatu perusahan atau badan usaha menyediakan semacam informasi yang berguna bagi manajemen.
BSAAudit
Karena yang diaudit adalah sistem informasi pada sebuah instansi, maka apa saja yang diperiksa, diukur dan diuji? Secara garis besar perlunya pelaksanaan audit dalam sebuah perusahaan yang telah mempunyai keahlian dalam bidang teknologi informasi yaitu antara lain: Kerugian akibat kehilangan data, kerugian akibat kesalahan pemrosesan komputer, pengambilan keputusan yang salah akibat informasi yang salah, kerugian karena penyalahgunaan komputer (Computer Abused), Nilai hardware, software dan personil sistem informasi, dan terakhir pemeliharaan kerahasiaan informasi.
Tujuan audit sistem informasi dapat dikelompokkan ke dalam dua aspek utama, yaitu:
  1. Conformance (Kesesuaian). Pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kesesuaian, yaitu: confidentiality(kerahasiaan), integrity (integritas), availability (ketersediaan), dan compliance (kepatuhan).
  2. Performance (Kinerja). Pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kinerja, yaitu : effectiveness (efektifitas), efficiency (efisiensi), reliability (kehandalan).
Dalam melakukan audit sistem informasi, perlu dilakukan perencaan terlebih dahulu. Dimulai dari penentuan ruang lingkup, menentukan instrumen audit, penetapan bobot kuesioner, penghitungan tingkat risiko.
Dalam audit sistem informasi, dikenal kerangka kerja bernama COBIT. Control Objective for Information & Related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009).
COBIT mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat, dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno, 2010).
COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut.
Sumber Referensi
Fajar Himawan, Hendra. Pengertian COBIT [online]. Tersedia: https://haendra.wordpress.com/2012/06/08/pengertian-cobit/ [10 Oktober 2017]
Gusti Made Karmawan, I. Audit Sistem Informasi [online]. Tersedia: http://sis.binus.ac.id/2017/01/17/audit-sistem-informasi/ [9 Oktober 2017]
ISG Binus University. Apa Itu Audit Sistem Informasi [online]. Tersedia: http://scdc.binus.ac.id/isgbinus/2016/04/apa-itu-audit-sistem-informasi/ [9 Oktober 2017]
ISG Binus University. Pengertian Sistem Informasi [online]. Tersedia: http://scdc.binus.ac.id/himsisfo/2016/07/pengertian-sistem-informasi/ [10 Oktober 2017]

Saturday, April 22, 2017

Kupas Tuntas Dasar IPV6


Hallo semuanya, kali ini saya mendapat tugas desain dan manajemen jaringan komunikasi tentang ipv6, semoga materi yang saya susun mudah dipahami dan bermanfaat ya, check this out :)


Dasar IPv6 : Fitur IPv6 (versi 1)

Sebagai teknologi penerus atau bisa disebut sebagai pengganti IPv4, dalam standarnya IPv6 mempunyai berbagai fitur baru  yang selain mengatasi berbagai keterbatasan pengalamatan menggunakan IPv4 juga menambah beberapa kemampuan baru. Beberapa fitur IPv6 ini antara lain sebagai berikut :
a)    Format header baru
Header baru IPv6 lebih efisien daripada header pada IPv4 (karena memiliki overhead yang lebih kecil). Hal ini diperoleh dengan menghilangkan beberapa bagian yang tidak penting atau opsional.

b)    Jumlah alamat yang jauh lebih besar
Dengan spesifikasi bit untuk alamat standar sebanyak 128-bit memiliki arti IPv6 akan mampu menyediakan 2^128 kemungkinan alamat unik. Walaupun tidak semuanya akan dialokasikan namun sudah cukup untuk keperluan masa mendatang sehingga teknologi semacam NAT pada IPv4 sudah tidak perlu lagi digunakan.

c)    Infrastruktur routing dan addressing yang efisien dan hirarkis.
Arsitektur pengalamatan IPv6 yang hirarkis membuat infrastruktur routing menjadi efisien dan hirarkis juga. Adanya konsep skup juga memudahkan dalam manajemen pengalamatan untuk berbagai mode teknologi transmisi.

d)    Kemampuan Plug-and-play melalui stateless maupun statefull address auto-configuration.
Pada teknologi IPv6, sebuah node yang memerlukan alamat bisa secara otomatis mendapatkannya (alamat global) dari router IPv6 ataupun cukup dengan mengkonfigurasi dirinya sendiri dengan alamat IPv6 tertentu (alamat link local) tanpa perlu adanya DHCP server seperti pada IPv4. Hal ini juga akan memudahkan konfigurasi. Hal ini penting bagi kesuksesan teknologi pengalamatan masa depan karena di Internet masa depan nanti akan semakin banyak node yang akan terkoneksi. Perangkat rumah tangga dan bahkan manusia pun bisa saja akan memiliki alamat IP. Tentu saja ini mensyaratkan kesederhanaan dalam konfigurasinya. Mekanisme konfigurasi otomatis pada IPv6 ini akan memudahkan tiap host untuk mendapatkan alamat, menemukan tetangga dan router default bahkan menggunakan lebih dari satu router default untuk redundansi dengan efisien.

e)    Keamanan yang sudah menjadi standar built-in.
Jika pada IPv4 fitur IPsec hanya bersifat opsional maka pada IPv6 fitur IPsec ini menjadi spesifikasi standar. Paket IPv6 sudah bisa secara langsung diamankan pada layer network.

f)     Dukungan  yang lebih bagus untuk QoS
Adanya bagian (field) baru pada header IPv6 untuk mengidentifikasi trafik (Flow Label) dan Traffic Class untuk prioritas trafik membuat QoS yang lebih terjamin bisa diperoleh, bahkan ketika payload dari paket terenkripsi dengan IPSec dan ESP.

g)    Berbagai protokol baru untuk keperluan interaksi antar node
Adanya protokol baru misalnya Network Discovery dengan komunikasi multicast dan unicast yang efisien bisa menggantikan komunikasi broadcast ARP untuk menemukan neighbor dalam jaringan.

h)    Ekstensibilitas. 
Di masa depan IPv6 dapat dikembangkan lagi fitur-fiturnya dengan menambahkanya pada extension header.

Dasar IPv6 : Perbandingan IPv4 dan IPv6

Beberapa perbandingan utama IPv4 dan IPv6 :
Pembanding
IPv4
IPv6
Panjang Alamat
32 bit (4 bytes)
128 bit (16 bytes)
Proses konfigurasi
Manual atau DHCP IPv4
Tidak harus secara manual, bisa menggunakan address autoconfiguration.
Dukungan IPSec
opsional
dibutuhkan
Proses Fragmentasi
dilakukan oleh pengirim dan pada router, menurunkan kinerja router.
dilakukan hanya oleh pengirim.
Ukuran paket link layer
Tidak
mensyaratkan ukuran dan harus bisa menyusun kembali
paket berukuran 576 byte.
harus mendukung ukuran paket 1280 byte dan harus bisa menyusun
kembali paket berukuran 1500 byte
Checksum
termasuk pada header.
tidak masuk dalam header.
Header
mengandung option.
Data opsional dimasukkan seluruhnya ke dalam extensions
header
.
ARP Request
secara broadcast untuk menterjemahkan alamat IPv4 ke alamat link-layer.
digantikan oleh Neighbor Solitcitation secara multicast.
Internet Group
Management Protocol (IGMP)
Untuk
mengelola keanggotaan grup pada subnet lokal
digantikan fungsinya oleh Multicast Listener Discovery (MLD).

Dasar IPv6 : Pengalamatan

Dalam arsitektur pengalamatannya alamat IPv6 mempunyai ukuran 128 bits yang artinya kira-kira berjumlah 2^128 atau kira-kira 3,4 x 10^38 alamat. Namun perhitungan teori ini tidaklah sepenuhnya akurat karena adanya hirarki routing dan kenyataan bahwa pada akhirnya nanti sebuah alamat akan didelegasikan sebagai blok yang bersambung dan bukan sebagai tiap-tiap satuan alamat.
Alamat IPv6 tersebut kira-kira akan terpotong setengahnya. Tidak akan pernah ada subnet yang memiliki 64 bit alamat signifikan atau lebih. Dari 128 bit tersebut hanya akan digunakan 64 bit untuk  routing global dan internal yang disebut sebagai routing prefix.  Sisa 64 bit dari alamatlah yang akan menunjukkan sebuah host pada suatu subnet yang disebut sebagai host identifier atau host id.

Alamat ini bisa direpresentasikan menjadi 8 segmen bilangan 16 bit dalam bilangan heksa antara 0x0000 s.d 0xffff misal :
2001:d30:3:242:0000:0000:0000:1
Untuk penyederhanaan bisa dituliskan sebagai berikut :
2001:d30:3:242:0:0:0:1
atau,
2001:d30:3:242::1

Untuk pendelegasian ke subnet biasanya akan dinyatakan dalam blok alamat yang dituliskan dalam blok alamat dengan panjang prefix tertentu dengan notasi CIDR seperti misalnya :
2001:d30:3:240::/56

Alamat IPv6 ini dapat diklasifikasikan menjadi 3  yaitu :
1. Alamat Unicast
Global Unicast, merupakan alamat dengan skup global dan unik sehingga bisa di-rute-kan di Internet. Selain global unicast, IPv6 juga mempunyai alamat local unicast dengan skup terbatas pada link lokal.
Beberapa tipe alamat unicast IPv6 ini antara lain :

       Aggregatable global unicast addresses
Sering disebut sebagai alamat global, mirip dengan alamat publik pada IPv4 dan alamat ini ditandai dengan prefix 001. Alamat ini bisa dirutekan dan dijangkau secara global dari alamat IPv6 di Internet. Dinamakan aggregatable karena memang didesain untuk bisa diaggregasi dan diringkas (aggregation dan summarization) untuk menghasilkan infrastruktur routing yang efisien.
IANA telah mulai mengalokasikan blok alamat pertama untuk alamat global ini yaitu 2001::/16. Menurut kebijakan IANA setiap end-site seharusnya diberikan blok alamat IPv6 dengan panjang prefix /48.

       Link-local addresses
Alamat ini digunakan untuk berkomunikasi dalam skup link lokal yaitu pada link yang sama (misal jaringan flat tanpa router). Router tidak akan melewatkan trafik dari alamat-alamat ini keluar link. Alamat ini ditandai dengan prefix 1111 1110 10 atau FE80::/10. Alamat ini akan selalu diawali FE80 dan menggunakan prefix FE80::/64 dengan 64 bit selanjutnya adalah interface id. Alamat link local ini dikonfigurasikan melalui IPv6  autoconfiguration.

       Site-local addresses
Alamat ini mirip dengan alamat private pada IPv4 yang dalam teknologi IPv6 digunakan dalam skup site dan ditandai dengan prefix 1111 1110 11 atau FEC0::/10. Alamat ini akan selalu diawali dengan FEC0.  Karena sifatnya yang ambigu dan sulitnya pendefisinian baku dari skup site maka alamat ini dihapuskan penggunaanya.
·      Special addresses
Ada dua jenis alamat spesial pada IPv6 yaitu :
a.    Alamat yang tidak dispesifikkan (unspecified address)
Sering disebut all-zeros-address karena memang bernilai 0:0:0:0:0:0:0:0 atau bisa dituliskan ::. Alamat ini sama dengan 0.0.0.0 di alamat IPv4. Alamat ini tidak boleh dikonfigurasikan pada interface dan tidak boleh menjadi tujuan rute.
b.    Alamat loopback
Jika alamat loopback pada IPv4 adalah 127.0.0.1 maka pada IPv6 dalah 0:0:0:0:0:0:0:1 atau bisa diringkas menjadi ::1. Alamat ini tidak boleh dikonfigurasikan pada interface.

·      Compatibility addresses
Alamat ini dibuat untuk mempermudah migrasi dan masa transisi dari IPv4 ke IPv6. Beberapa alamat ini antara lain :
a.    Alamat IPv4-compatible
b.    Alamat IPv4-mapped
c.    Alamat 6over4
d.    Alamat 6to4
e.    Alamat ISATAP
       NSAP addresses
Adalah alamat yang digunakan untuk penterjemahan alamat Open System Interconnect (OSI) NSAP ke alamat IPv6. Alamat IPv6 ini ditandai dengan prefix 0000001 dan 121 sisanya adalah alamat NSAP.
2. Alamat Anycast
Alamat ini lebih menunjuk kepada fungsi layanan daripada alamat. Alamat anycast sama seperti alamat unicast IPv6 biasa (telah ditentukan dalam standar) dengan tambahan fitur bahwa router akan selalu merutekan ke tujuan  yang terdekat atau lebih tepatnya terbaik sesuai yang telah dikonfigurasikan.

3. Alamat Multicast
Seperti halnya pada IPv4 pada IPv6 alamat ini menunjukkan sekumpulan piranti dalam grup multicast. Jadi alamat ini hanya akan muncul sebagai alamat tujuan, tidak akan pernah sebagai alamat asal. Jika paket dikirimkan ke alamat ini maka semua anggota grup akan memprosesnya.

Byte pertama menunjukkan bahwa ini adalah alamat multicast. Empat bit selanjutnya merupakan flag yang masing-masing telah didefinisikan. Bit pertama harus 0 karena dicadangkan untuk keperluan di masa mendatang. Bit kedua menunjukkan apakah alamat multicast ini mengandung alamat Rendezvous Point (RP), yaitu titik distribusi untuk aliran multicast tertentu dalam suatu jaringan multicast.  Bit ketiga menandakan apakah alamat multicast ini mengandung informasi prefix. Sementara bit terakhir menunjukkan apakah alamat ini diberikan secara permanen.
Bagian berikutnya adalah Scope yang digunakan untuk membatasi skup dari alamat multicast.
 

Alamat multicast ini memiliki skup antara lain sebagai berikut :
 Skup alamat multicast IPv6
Nilai skup    Deskripsi skup
0x0            Reserved
0x1            Node-Local
0x2            Link-Local
0x5            Site-Local
0x8            Organization Local
0xE            Global
0xF            Reserved

Bagian terakhir adalah penanda grup (Group ID). Pada prakteknya biasanya penanda grup ini dibatasi dalam 32 bit saja. Beberapa alamat multicast telah diberikan oleh IANA. Beberapa alamat yang diberikan ini dibuat untuk skup tetap dan beberapa diantaranya valid untuk semua skup. Beberapa alamat multicast yang telah diberikan dalam skup yang tetap tadi antara lain.
Table 3 Alamat multicast well known

Alamat                        Deskripsi
===========================
1.Skup interface lokal   
FF01:0:0:0:0:0:0:1    All-nodes address
FF01:0:0:0:0:0:0:2    All-routers address

2.Skup link lokal   
FF02:0:0:0:0:0:0:1    All-nodes address
FF02:0:0:0:0:0:0:2    All-routers address
FF02:0:0:0:0:0:0:3    Unassigned
FF02:0:0:0:0:0:0:4    DVMRP routers
FF02:0:0:0:0:0:0:5    OSPFIGP
FF02:0:0:0:0:0:0:6    OSPFIGP designated routers
FF02:0:0:0:0:0:0:7    ST routers
FF02:0:0:0:0:0:0:8    ST hosts
FF02:0:0:0:0:0:0:9    RIP routers
FF02:0:0:0:0:0:0:A    EIGRP routers
FF02:0:0:0:0:0:0:B    Mobile agents
FF02:0:0:0:0:0:0:D    All PIM routers
FF02:0:0:0:0:0:0:E    RSVP encapsulation
FF02:0:0:0:0:0:0:16    All MLDv2-capable routers
FF02:0:0:0:0:0:0:6A    All snoopers
FF02:0:0:0:0:0:1:1    Link name
FF02:0:0:0:0:0:1:2    All DHCP agents
FF02:0:0:0:0:0:1:3    Link-local Multicast Name Resolution
FF02:0:0:0:0:0:1:4    DTCP Announcement
FF02:0:0:0:0:1:FFXX:XXXX    Solicited-node address

3.Skup site local   
FF05:0:0:0:0:0:0:2    All-routers address
FF05:0:0:0:0:0:1:3    All DHCP servers
FF05:0:0:0:0:0:1:4    Deprecated
FF05:0:0:0:0:0:1:1000 to FF05:0:0:0:0:01:13FF    Service location (SLP) Version 2


Dasar IPv6 : Struktur IPv6

Paket IPv6 terdiri dari komponen  berikut :
 

1.    Header IPv6
Header IPv6 ini akan selalu ada dengan ukuran yang tetap yaitu 40 bytes. Header ini merupakan penyederhanaan dari header IPv4 dengan menghilangkan bagian yang tidak diperlukan atau jarang digunakan dan menambahkan bagian yang menyediakan dukungan yang lebih bagus untuk komunikasi masa depan yang sebagian besar adalah trafik real-time.
Beberapa perbandingan kunci dari header IPv4 dan IPv6 :

a.    Jumlah header field berkurang dari 12 (termasuk option) pada header IPv4 menjadi 8 pada header IPv6.
b.    Jumlah header field yang harus diproses oleh router antara (intermediate router) turun dari 6 menjadi 4 yang membuat proses forwarding paket IPv6 normal menjadi lebih efisien.
c.    Header field yang jarang terpakai seperti fields supporting fragmentation dan option pada header IPv4 dipindahkan ke extension header IPv6.
d.    Ukuran header IPv6 memang bertambah dua kalinya, yaitu dari 20 bytes pada header minimum IPv4 menjadi tetap sebesar 40 bytes. Namun keuntungannya adalah header untuk  pengalamatan menjadi 4 kali lebih panjang dari IPv4 (dari 32 menjadi 128 bit) yang menyebabkan tersedianya jumlah alamat yang jauh lebih besar.
2.    Extension headers
Header dan extension header pada IPv6 ini menggantikan header dan option pada IPv4. Tidak seperti options pada IPv4, extension headers  IPv6  tidak memiliki ukuran maksimum dan dapat diperluas untuk melayani kebutuhan komunikasi data di IPv6.  Jika pada header IPv4 semua option akan dicek dan diproses jika ada maka pada extension headers IPv6 hanya ada satu yang harus diproses yaitu Hop-by-Hop Options. Hal ini akan meningkatkan kecepatan pemrosesan header IPv6 dan meningkatkan kinerja forwarding paket IPv6. Extension header yang harus didukung oleh setiap titik IPv6 yaitu :
–    Hop-by-Hop Options header
–    Destination Options header
–    Routing header
–    Fragment header
–    Authentication header
–    Encapsulating Security Payload header

3.    Protocol Data Unit (PDU) dari layer yang lebih tinggi (upper layer)
Protocol Data Unit (PDU) layer yang lebih tinggi pada dasarnya terdiri dari header protokol layer yang lebih tinggi dan payload yang terkandung di dalamnya misalnya saja TCP, UDP atau ICMPv6. 


sumber : https://belajaripv6.wordpress.com/ [Diakses pada 22 April 2017 Pkl 4:02 PM]